Ibu, Ayah.. Mengertilah Kami

Masih teringat ketika aku pertama kali membuka mataku untuk melihat dunia
Hal yang aku lihat pertama kali adalah senyuman seseorang yang rasanya tidak asing
Ya.. itu kamu Ibu... aku membayangkan bahwa dunia ini sangatlah indah, karena senyummu membuka pesona duniaku
Disampingmu aku lihat senyuman seorang laki-laki yang akhirnya aku tahu bahwa itu adalah Ayah...
Aku membayangkan dunia ini adalah tempat yang aman karena kalian berdua selalu berada disisiku..

Ditahun-tahun pertamaku hidup di dunia aku sangat merasa bahagia..
Setiap orang selalu tersenyum kepadaku, setiap orang selalu memberi dukungan, setiap orang selalu mengupayakan yang terbaik bagiku..
Ayah dan ibu memberikan pujian kepadaku saat aku bisa tengkurap bahkan saat aku bisa merangkak, meskipun itu adalah hal yang sepele...
Ayah dan ibu mengajariku bagaimana cara berjalan,
tak peduli berapa kali aku gagal hingga jatuh Ayah dan Ibu selalu memberikan semangat dan dukungan agar aku tetap mau belajar berjalan,
akupun dapat berjalan dengan baik...
Aku semakin yakin dunia ini sangatlah indah karena keluargaku selalu ada disampingku dan mendukungku sepenuhnya..


Beberapa tahun kemudian entah mengapa kalian mengucapkan kata-kata yang sama sekali belum pernah kudengar sebelumnya...
Kalian mengatakan mengenai "Jangan!!", "Tidak Boleh!!", "Awas!!"
Aku tak tau mengapa kalian mengatakan "Jangan!!" atau "Tidak Boleh!!"
Yang aku tahu ketika kalian mengucapkan kata-kata itu wajah kalian terlihat sangat menakutkan..
Aku memilih untuk tidak memperdulikannya karena aku terlalu takut untuk melihat wajah kalian..
Dan kalian mengucapkan kata "Anak Bandel..!!" yang juga tidak aku mengerti apa artinya

Di tahun itu pula kalian tinggalkan aku sendiri di rumah dengan orang yang tidak aku kenal sebelumnya..
Kalian beralasan bahwa kalian harus bekerja untuk memenuhi kebutuhanku...
Kalian berkata bahwa aku sudah harus mulai belajar mandiri...
Aku tidak tahu apa itu mandiri, aku hanya merasa kata ini tidak cocok buatku...
Saat kalian berangkat kerja aku terlalu takut untuk kalian tinggalkan, aku takut kalian tinggal sendiri di rumah dengan orang yang tidak begitu aku kenal.. Karena itu aku menangis sejadi-jadinya... Aku tidak ingin orang yang aku cintai meninggalkanku sendiri...
Namun kalian begitu marah, dan berkata bahwa aku tidak mengerti kondisi kalian...
Wahai Ayah...Wahai Ibu... Haruskah anak sekecil aku kalian tuntut untuk mengerti kondisi kalian bukankan seharusnya kalianlah yang harus mengerti aku...

Menginjak SMP pernah aku mendapatkan nilai 45 dalam mata pelajaran tertentu...
Aku sangat takut menunjukkan nilai itu pada kalian, aku takut sekali kalian memarahiku....
Akupun berusaha untuk belajar lebih keras agar dapat membanggakan kalian berdua, akhirnya percobaan pertamaku berhasil mendapatkan nilai 60...
Akupun senang karena setidaknya ada peningkatan, kutunjukkan nilaiku itu pada kalian...
Dan apa yang kalian lakukan, kalian hanya mengomel bahwa aku kurang rajin belajar, kalian membandingkan dengan teman-teman atau saudara sepupuku yang mendapatkan nilai 80 atau 90..

Aku senang sekali mendengarkan musik, akhirnya aku memutuskan untuk bergabung dalam ekstra musik tanpa memberi tahu kalian,
karena kalian terlalu sibuk untuk ku ganggu...
setiap kalian pulang selalu saja lelah dan istirahat tidak ada waktu sama sekali untukku bercerita...
Guru dan teman-temanku sangat mengagumi kemampuanku bermain gitar dan menulis lagu, mereka bilang aku sangat berbakat...
Aku ingin menuliskan lagu untuk kalian agar dapat kuperdengarkan saat pesta perpisahan nanti didepan seluruh orang tua murid sehingga kalian dapat bangga terhadapku..
Untuk mengasah kemampuanku aku berniat untuk membeli gitar sendiri, aku menyisihkan sebagian uang sakuku untuk membeli gitar..
Aku ingin kalian bangga bahwa aku sudah mulai mampu menabung utuk keperluanku sendiri...
Akhirnya setelah kalian tahu aku membeli gitar tanpa sepengetahuan kalian, kalian marah sejadi-jadinya...
Kalian bilang bahwa musik tidak akan menjadikanku kaya, paling-paling jadi pengamen dijalanan...
Seharusnya aku masuk ekstra Karya Ilmiah Remaja atau Paskibra yang lebih mendidik dan membantu mewujudkan cita-cita...
Semenjak saat itu aku tidak tahu kemana gitar baruku berada...
Lagu yang ku buat untuk kalianpun masih tersimpan rapi di tumpukan-tumpukan bukuku tanpa pernah kalian mendengarnya...

Menginjak SMA aku mulai mencari jati diriku yang sebenarnya...
Kalian tetap saja sibuk dengan urusan kalian, kalian lebih mementingkan mengurus perusahaan-perusahaan orang lain dari pada mengurus anak kalian sendiri...
Aku sudah tidak menemukan sosok keluarga dalam keluargaku sendiri...
Aku berpikir bahwa rumahku hanya tempatku untuk tidur saja..
Kalian selalu menuntutku untuk ini dan itu, tidak memperdulikan kemampuanku, jika aku salah kalian selalu menghukumku.. jika aku berlaku baik kalian menganggap itu hal yang biasa dan sewajarnya tanpa ada penhargaan sedikitpun..

Akupun bertemu dengan kawan-kawanku yang kalian anggap sebagai berandalan itu...
Aku berpikir bahwa mereka lebih layak kuanggap sebagai kelurga daripada kalian..
Mereka selalu memberikan support kepadaku, ada di saat aku membutuhkan, mereka mengakui kemampuanku bermain musik yang sama sekali tidak pernah kalian lakukan terhadapku...
Yah... memang mereka mengajariku bagaimana caranya berkelahi...
Menurutku itu hal yang wajar karena mereka sudah ku anggap sebagai keluargaku sendiri, jika mereka terancam aku harus membantu dan membela.... begitu juga sebaliknya...

Pernah suatu hari aku pulang dengan keadaan babak belur karena habis berkelahi...
Kalian tidak sedikitpun menanyai bagaimana keadaanku...
Kalian hanya mengeluarkan semua kata makian yang kalian punya terhadapku..
Entah itu "mempermalukan keluarga", "kamu bukan anakku lagi", "Berandalan", "Keluar dari rumah", bahkan kalian bilang "aku menyesal melahirkanmu ke dunia"
Kalian tidak mengobatiku tetapi kalian malah juga ikut-ikutan menghajarku...
Kalian benar-benar tidak memberikan kesempatan kepadaku untuk menjelaskan apa-apa...
Padahal aku hanya hendak berkata, "Aku ingin membela kalian saat mereka menghina kalian di hadapanku"
----------------------------

Sejak kecil anak selalu diberi dukungan dan semangat dalam menjalani hidup
Tak perlu ragu karena orang tua selalu mendampingi untuk bersama-sama menjalani hidup
Namun seiring dengan berjalannya waktu, dukungan itu mulai menghilang berubah menjadi tuntutan
Anak bukan robot yang diciptakan untuk memenuhi seluruh kehendak para orang tua
Perlakukan mereka selayaknya anak-anak sesuai tumbuh kembang dan karakter masing-masing
Jangan paksakan mereka untuk menyesuaikan diri terhadap para orang tua
Orang tualah yang harus menyesuaikan diri dengan anak-anak mereka
Setiap anak memiliki karakter yang unik, jangan samakan satu dengan yang lain biarlah mereka berkembang sesuai dengan warna mereka masing-masing.

Berikan pujian berikan dukungan terhadap tindakan baik anak
Pada dasarnya setiap orang senang sekali dipuji
Dengan pujian anak akan berusaha untuk melakukan yang terbaik yang dia mampu
Abaikan kelemahnnya dan fokuslah dengan keberhasilannya sekecil apapun, maka kelemahannya semakin lama akan tertutupi dengan kelebihannya...
Berikan Pujian pada setiap orang, maka bersiaplah melihat kemampuan terhebat yang dapat mereka berikan...

Kami yakin tidak ada orang tua yang ingin anaknya tumbuh menjadi anak yang tidak baik...
tapi perhatikan kata-kata berikut..
"Sesuatu yang baik jika dijalankan dengan cara yang tidak baik maka jadilah sesuatu itu buruk"
"Namun sesuatu yang buruk jika dijalankan dengan cara yang baik maka akan mungkin sesuatu itu menjadi baik"
"Jadi jalankan sesuatu yang baik dengan cara yang baik pula agar semuanya menjadi sempurna"


Fikri Nabiha
Malang, 26 Desember 2012

No comments:

Post a Comment

Pembaca Baik Selalu Meninggalkan Komentar