Pepisahan Yang Indah

          Manirah merupakan seorang nenek yang berusia kurang lebih 90 tahun. Beliau sangat sayang kepada cucu-cucunya, begitu pula kepadaku. Yah.. beliau adalah nenekku dan aku adalah cucu kesayangannya. Teringat sewaktu aku kecil, selalu saja setiap hendak tidur beliau menungguku sambil bercerita, memberikan pijatan pada setiap jengkal tubuhku sehingga terasa sangat nyaman dan akupun tertidur pulas.

          Beberapa bulan lalu nenek jatuh di kamar mandi, sehingga beliau harus dibawa ke Rumah Sakit karena perdarahan hebat akibat benturan pada kepala. Hal itu membuat beliau kehilangan kemampuannya untuk bergerak dan berbicara, beliau lumpuh.
            Suatu hari aku menjenguk nenek setelah beliau pulang dari RS. Saat bertemu nampak ada keresahan dalam dirinya, ada suatau ketidaknyamanan, namun beliau tidak mampu memberikan informasi apapun kecuali getaran pada tubuhnya dan raut wajah yang nanar. Ya Allah... aku baru menyadari sesuatu..
Aku bertanya pada keluarga yang menjaga beliau
"Bulek*... apa si mbak setelah pulang dari RS posisinya terlentang seperti itu terus, ndak pernah diubah-ubah..?"
"Iya, paling ya diubah waktu bersih diri saja, ada apa Le**...?"
"Ndak ada apa-apa, nanti tak kasih tau.."

           Aku tidak bisa menyalahkan keluarga yang tidak memiliki pengetahuan apapun. Ini disebut dengan “bedrest total care”, orang-orang seperti ini tidak mampu sama sekali memenuhi kebutuhannya sehinga pemenuhan kebutuhan dasar harus diambil alih oleh orang lain. Sebagian besar masyarakat mengerti mengenai pemberian makan, minum dan kebersihan diri, namun mereka melupakan satu hal, manusia juga butuh bergerak. Pernahakan kita duduk dalam waktu yang lama tanpa mengubah posisi, yah… pertama yang akan terjadi adalah kesemutan dan jika dibiarkan kaki terasa sangat nyeri dan pegal-pegal. Bagaimana jika hal ini terjadi pada orang yang tidak mampu menggerakkan badannya?. Punggung mereka yang bersentuhan langsung dengan tempat tidur dan bantal akan terasa sangat panas, hingga nyeri yang teramat sangat. Karena tertekan oleh tempat tidur maka peredaran darah di lokasi tersebut terganggu, hal ini menyebabkan kulit menjadi rapuh, mengelupas dan menjadi luka yang sulit disembuhkan. Bayangkan orang-orang seperti ini tubuhnya terasa seperti terbakar, hancur dan remuk. Hal itu pula yang terjadi pada nenekku, aku mengetahuinya karena aku mempelajari ilmu keperawatan

          Tanpa pikir panjang ku dudukkan nenek dan ternyata benar, kulit di bagian tulang ekornya mulai terkelupas, ini menunjukkan bahwa beliau benar-benar pada posisi terlentang dalam waktu yang lama. Aku dapat merasakan betapa sakitnnya punggung beliau saat ini, namun ia tidak mampu mengungkapkannya. Teringat dahulu waktu nenek selalu memijat badanku sehingga terasa sangat nyaman, dan sekarang waktunya nenekku merasakan hasil dari perbuatan baiknya. Ku usap setiap jengkal punggungnya dan ku pijat secara merata agar peredaran darah yang mengalir ke punggung menjadi lancar dan nyeri hebat itu dapat berkurang. Tak begitu lama tanpa sengaja ku lihat bulir-bulir air mata mulai menetes dari sudut mata beliau, hal yang tak pernah ku lihat sebelumnya. Aku menyesal mengapa aku yang memahami hal ini tidak mengetahuinya dari awal, sehingga beliau tidak menderita terlalu lama. Aku bertekat untuk berupaya sekuat tenaga agar nenek bisa pulih kembali, akan kugunakan seluruh kemampuan dan pengetahuanku untuk membuat beliau menjadi lebih baik. Namun itu adalah air mata pertama dan terakhir yang pernah kulihat dari sudut mata beliau.

------------End--------------

          Beberapa hari ke depan Alhamdulillah kita dipertemukan dengan bulan Ramadhan kembali, bulan yang ditunggu-tunggu umat muslim di seluruh penjuru dunia. Namun apakah kita sudah siap menyambut bulan Ramadhan dengan jiwa dan raga kita, ataukah hanya sebagai rutinitas tahunan yang harus kita selesaikan selama sebulan..?

           Ramadhan adalah madrasah bagi umat muslim, hasilnya akan terlihat setelah Ramadhan meninggalkan kita, siapa yang benar-benar memberikan yang terbaik bagi Ramadhan siapa yang tidak. Orang-orang yang memberikan yang terbaik di bulan Ramadhan maka akan mendapatkan yang terbaik pula, sedangkan yang tidak hanya menghasilkan lapar dan haus belaka. Orang-orang terbaik akan berpisah dengan Ramadhan dalam keadaan haru layaknya berpisah dengan kekasih, lainnya bersedih karena tidak maksimal di bulan Ramadhan ada juga yang biasa saja tanpa rasa. Akankah kita menyesal nantinya? Padahal kita semua tahu apa yang harus dilakukan saat Ramadhan, tetapi kebanyaan dari kita hanya mengabaikan, akhirnya merengek-rengek meminta dipertemuka dengan Ramadhan berikutnya karena tidak maksimal di bulan ini. Bagaimana jika usia kita tidak genap 1 tahun lagi? Apakah kita bisa memperbaiki yang kita tinggalkan?. Oleh karena itu marilah memberikan yang terbaik bagi Ramadhan.

Mari kita evaluasi diri sendiri
  • Normalnya kita makan 3 kali sehari, namun Ramadhan menyusutkannya menjadi 2 kali sehari. Hal ini  mengajarkan kesederhanaan, bagaimana kita merasakan lapar yang dirasakan orang-orang yang kurang beruntung. Namun jika kita selalu memborong makanan setelah berbuka puasa, maka mari kita merenung sejenak…
Berbukalah seadanya, jangan mengada-adakan. Berbuka bukanlah ajang balas dendam. Rasulullah saja hanya berbuka dengan 3 biji daging kurma.

  • Dengan menekan konsumsi setiap hari harusnya kita bisa lebih banyak menyisihkan uang dan berhemat. Namun jika pengeluaran kita di bulan Ramadhan lebih besar dari pada bulan-bulan yang lain karena kita membeli barang-barang yang sudah kita miliki dan membuat acara yang tidak ada hubungannya dengan ibadah, maka mari kita merenung sejenak…
Teringat salah satu iklan yang berbunyi “Jika kamu mendapat uang 1 milyar, apa yang kamu lakukan?” dan salah satu dari mereka yang berpenampilan gaul menjawab “Kalau itu sih, sedekahin aja…”. Seharusnya uang yang dapat kita hemat lebih baik disedekahkan, karena kita sudah tahu bagaimana rasanya kelaparan. Jagalah kayamu sebelum miskinmu, YAKINLAH..!! tidak sedikitpun akan merugi, orang-orang yang berdagang dengan Allah.

  • Pada saat Ramadhan berbagai instansi baik pendidikan maupun perusahaan memberikan keringan dengan mengurangi waktu efektif bekerja atau belajar. Pengurangan waktu efektif menjadikan waktu kita tidak efektif, jika waktu itu kita gunakan untuk tidur karena alasan lemas, maka mari kita merenung sejenak…
Pengurangan waktu efektif hakikatnya adalah memberikan kesempatan dan waktu tambahan untuk beribadah, karena bulan ini adalah bulan yang paling spesial. Namun banyak dari kita menggunakan untuk istirahat karena lemas. Paksalah… Paksalah mental dan tubuhmu untuk banyak beribadah… karena tidak akan meninggal seseorang yang tidak makan sehari sekalipun, InshaAllah..

  • Jika setelah Ramadhan berat badan kita naik tidak terkontrol, mengalami gangguan pencernaan higga sakit, maka mari kita merenung sejenak…
Bukan puasanya yang salah, namun cara kita dalam berpuasa. Saat Ramadhan kita lebih banyak libur dan tidur sehingga tidak banyak kalori yang dibakar, sedangkan di petang dan pagi hari seluruh makanan masuk tanpa batas dalam lambung kita. Ingat…!! Segala sumber penyakit berasal dari makanan…

  • Jika setelah Ramadhan tidak ada perubahan pada diri kita, maka celakalah kita.
Setiap tahun kita melakukan kesalahan yang sama dan di akhir Ramadhan kita berdo’a agar dipertemukan dengan Ramadhan hanya untuk mengulangi kesalahan yang lalu.




Penyesalan memang selalu datang di akhir, oleh karena itu marilah kita memulai dari akhir dan mengakhiri dari awal, agar nantinya kita dapat berpisah dengan Ramadhan dengan melepas air mata bahagia… karena kita tidak akan pernah tahu jika mungkin air mata itu adalah air mata terakhir bagi kita di dunia ini.




                                                                                              Fikri Nabiha
                                                                                              Pandaan, 08 Juli 2013



*Bulek adalah sebutan untuk tante bagi masyarakat jawa
**Le/Tole adalah sebutan halus bagi anak




Baca Juga



No comments:

Post a Comment

Pembaca Baik Selalu Meninggalkan Komentar