Halusinasi

DEFINISI
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.
Halusinasi adalah gangguan penyerapan atau persepsi panca indra tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh dan baik. Maksudnya rangsangan tersebut terjadi pada saat klien dapat menerima rangsangan dari luar dan dari dalam diri individu. Dengan kata lain klien berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan (Nasution, 2003).
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penyerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan persepsi sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Selain itu, perubahan persepsi sensori (halusinasi) bisa juga diartikan sebagai persepsi sensori tentang suatu objek, gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsang dari luar meliputi semua sistem pengindraan (pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan atau pengecapan) (Cook & Fontaine dalam Fitria, 2009)


FAKTOR PREDISPOSISI
-         Faktor perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stres dan kecemasan

-         Faktor sosiokultural
Berbagai faktor di masyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa disingkirkan, sehingga orang tersebut merasa kesepian di lingkungan yang membesarkannya. Misalnya terdapat konflik yang berhubungan dengan RAS dalam lingkungan tempat tinggal seseorang

-         Faktor biokimia
Faktor biokimia memiliki pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika seseorang mengalami stres yang berlebihan, maka di dalam tubuhnya akan dihasilkan suatu zat yang bersifat halusinogenik neurokimia seperti buffofenon dan dimethytrasnferase (DMP)

-         Faktor psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda yang bertentangan yang sering diterima oleh seseorang akan mengakibatkan stres dan kecemasan yang tinggi dan berakhir pada gangguan orientasi realita.

-         Faktor genetik
Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.

FAKTOR PRESIPITASI
Faktor presipitasi yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai ancaman, tantangan atau tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk menghadapinya. Adanya rangsangan dari lingkungan seperti partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak berkomunikasi objek yang ada di lingkungan dan juga suasana sepi atau terisolasi sering menjadi pencetus terjadinya halusinasi. Hal tersebut dapat meningkatkan stres dan kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik.

TANDA DAN GEJALA
-       Berbicara, senyum dan tertawa sendirian.
-    Mengatakan mendengar suara, melihat, menghirup, mengecap dan merasa sesuatu yang tidak nyata.
-      Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
-  Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan hal tidak nyata, serta tidak mampu melakukan asuhan keperawatan mandiri seperti mandi, sikat gigi, berganti pakaian dan berhias yang rapi.
-      Sikap curiga, bermusuhan , menarik diri, sulit membuat keputusan, ketakutan, mudah
-  Tersinggung, jengkel , mudah marah, ekspresi wajah tegang, pembicaraan kacau dan tidakmasuk akal, banyak keringat.

JENIS-JENIS HALUSINASI
-       Pendengaran (auditorik)
Mendengar suara-suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien bahkan sampai ke percakapan lengkap antara 2 orang atau lebih tentang orang yang mengalami halusinasi.
·      Akoasma : suara-suara kacau balau yang tidak dapat dibedakan dengan jelas
·   Phonema : suara-suara yang berbentuk suara jelas seperti berasal dari manusia, sehingga mendengar kata atau kalimat tertentu
 
-       Penglihatan (visual)
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks, bayangan bisa menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.

-       Penghidu (olfactory)
Membaui bau-bauan tertenru seperti bau darah, urine atau feces. Umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan.

-       Pengecapan (gaustatory)
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urine atau feces.

-       Perabaan (tactile)
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas, Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

-       Cenesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makanan atau pembentukan urine

-        Kinesthetic
Klien merasakan pergerakan sementara klien hanya berdiri tanpa bergerak
Penderita merasa bahwa anggota tubuhnya terlepas dari tubuhnya, mengalami perubahan bentuk dan bergerak sendiri. Hal ini sering terjadi pada penderita Schizopphrenia dan pencandu narkoba
Halusinasi Lainnya
-       Halusinasi Autoskopi
Penderita seolah-olah melihat dirinya sendiri berdiri di hadapannya.
-       Halusinasi Haptik
Halusinasi ini merupakan suatu persepsi di mana seolah-olah tubuh penderita bersentuhan secara fisik dengan manusia lain atau benda lain. Seringkali halusinasi haptik bercorak seksual dan sangat sering dijumpai pada pecandu narkoba
-       Halusinasi Hipnogogik
Halusinasi yang terjadi pada orang normal, yaitu halusinasi yang terjadi saat peergantian antara waktu tidur dan waktu bangun

FASE-FASE HALUSINASI
-       Tahap I (Non-Psikotik)
Pada tahap ini halusinasi mampu memberikan rasa nyaman pada klien, tingkat orientasi sedang. Secara umum pada tahap ini halusinasi merupakan hal yang menyenangkan bagi klien
Karakteristik
·            Mengalami kecemasan, kesepian, rasa bersalah dan ketakutan
·            Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan kecemasan
·            Pikiran dan pengalaman sensorik masih adalah dalam kontrol kesadaran

Perilaku yang muncul
·            Tersenyum atau tertawa sendiri
·            Menggerakkan bibir tanpa suara
·            Pergerakan mata yang cepat
·            Respon verbal lambat, diam dan berkonsentrasi

-       Tahap II (Non-Psikotik)
Pada tahap ini biasanya klien bersikap menyalahkan dan mengalami tingkat kecemasan berat. Secara umum halusinasi yang ada dapat menyebabkan antipati
Karakteristik
·  Pengalaman sensori menakutkan atau merasa dilecehkan oleh pengalaman tersebut
·         Mulai merasa kehilangan kontrol
·         Menarik diri dari orang lain
 
Perilaku yang muncul
·         Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah
·         Perhatian terhadap lingkungan menurun
·         Konsentrasi terhadap pengalaman sensoripun menurun
·         Kehilangan kemampuan dalam membedakan antara halusinasi dan realita

-       Tahap III (Psikotik)
Klien biasanya tidak dapat mengontrol dirinya sendiri, tingkat kecemasan berat dan halusinasi tidak dapat ditolak lagi
Karakteristik
·         Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya
·         Isi halusinasi menjadi atraktif
·         Klien menjadi kesepian bila pengalaman sensori (halusinasi) berakhir

Perilaku yang muncul
·         Klien menuruti perintah halusinasi
·         Sulit berhubungan dengan orang lain
·         Perhatian terhadap lingkungan sedikit atau sesaat
·         Tidak mampu mengikuti perintah yang nyata
·         Klien tampak tremor dan berkeringat

-       Tahap IV (Psikotik)
Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasi dan biasanya klien terlihat panik
Perilaku yang muncul
·         Risiko tinggi mencederai
·         Agitasi/kataton
·         Tidak mampu merespon rangsangan yang ada





Baca Juga



No comments:

Post a Comment

Pembaca Baik Selalu Meninggalkan Komentar