Cahaya Ramadhan Yang Telah Lama Hilang


“Bagi orang berpuasa ada dua kebahagiaan: yaitu kebahagiaan ketika berbuka, dan ketika bertemu Rabbnya bahagia karena puasanya.” (HR. Bukhari No. 1805, 7054. Muslim no. 1151.)


      Datangnya bulan puasa selalu disambut dengan penuh suka cita oleh orang muslim di seluruh dunia. Tidak heran, karena di bulan ini semua amal ibadah mendapatkah pahala berlipat ganda.

         Seperti kebanyakan orang saya merupakan muslim awam yang mengerjakan amal ibadah wajib dan rutin seperti Shalat, Puasa, Zakat, Haji (Eh.. Masih belum ^_^ ) ditambah beberapa amalan sunnah seperti shalat sunnah dan mengaji AL-Qur'an,  setiap Ramadhan tiba amalan-amalan tersebut akan meningkat ratingnya dan hal ini InsyaAllah bermanfaat bagi saya. Rutinitas itu selalu terjadi setiap Ramadhan... memang saya merasa senang, namun kesenangan itu hanya sesaat dan terapung, belakangan saya menyadari di lubuk hati yang paling dalam masih terdapat ruang kosong dan gelap...
          Saya tidak tahu apa yang kurang....
        Saya hanya berdo'a "Ya Allah... Saya bukanlah muslim yang khusyuk dalam shalat, pintar mengaji bahkan hafidz Qur'an, namun saya masih punya tenaga ataupun pikiran yang mungkin bisa menggenapi kegembiraan saya dalam Ramadhan... Tunjukkan Kuasamu Ya Allah..."
Amin..
-----------------------------------------end

   "Fik, Mau ndak ikut bantu aq..."
   "Bantu apa Cak..?"
   "Jadi Takmir Masjid..."
   "Tugasnya ngapain aja....?"
   "Yah ngurus masjid, mulai dari bersih-bersih, Adzan, ngajar ngaji anak-anak, kalau
     bulan puasa gini juga nyiapin takjil buat buka puasa..."
   "(dalam hati.. Ya Allah kecepetan... saya sudah bilang ndak pintar ngaji koq malah
    disuruh ngajar ngaji..?)"
   "Waduh cak... ngajiku belum bagus, ndak pernah adzan di masjid (paling cuma di
     kelas).. terus gimana?"
   "Ya bertahap... nanti belajar bareng..."
   "Bismillah...!!! Brangkat cak...., aq bantu yang bisa q bantu aja ya... paling banter
     bersih2... Lillahita'ala pokoknya..."
   "Ya wes.. ini alamatnya... datang aja kalau sampean siap..."
   "OK.."
-------------------------------------------end

         Singkat cerita akhirnya saya sudah menjadi bagian dari takmir masjid, yang saya tahu waktu itu hanya ada 4 mahasiswa termasuk saya, kamilah yang mengurusi pekerjaan bawahan..
         Yang sudah senior (bapak-bapak) mengurusi hal-hal besar seperti pembangunan masjid dan donatur...
         Memang benar saya belum mengajar ngaji anak-anak karena saya merasa belum mampu, belum adzan shalat 5 waktu karena saya belum PD...
         Fokus saya hanya bersih-bersih dan bantu-bantu pekerjaan yang menggunakan tenaga bukan ketrampilan, termasuk menyiapkan takjil untuk berbuka puasa, ternyata yang berbuka puasa di masjid hampir seluruhnya adalah anak-anak...

            Setelah hampir separuh hari bersih-bersih masjid dan menyiapkan takjil rasa lelah tak luput mampir dibadanku , sambil menghilangkan lelah, dan menunggu waktu berbuka puasa saya berdiri di selasar masjid dan tidak jauh dari hadapan saya telah berkumpul anak-anak yang juga menunggu berbuka. Mereka duduk membentuk lingkaran sembari menghadapi beberapa kue milik mereka masing-masing yang telah dibagikan dari tadi.
         Anak-anak itu menunggu saat berbuka dengan ceria, gadis-gadis kecil berkerudung saling bercanda satu sama lain dan sesekali terdengar suara tawa mereka yang lepas... tak kalah anak laki-laki saling bercerita tentang pengalaman masing-masing, mungkin menunjukkan bahwa dia kuat puasa selama satu hari..
si laki-laki bercerita sambil menunjukkan gerak badan layaknya pendakwah kondang dengan acungan-acungan jari yang tegas dan bersemangat....
satu yang sama dari mereka semua...
mereka tampak gembira...
mereka menunjukkan raut wajah yang sangat natural...



Buka puasapun tiba...
secara serentak kami mengucap do'a dan mulai menyantap hidangan yang ada...
saya mengambil segelas teh hangat untuk q teguk sendiri
namun aq lihat anak-anak itu berbeda...
mereka tidak memikirkan dirinya sendiri...
mereka lebih mencemaskan temannya yang belum mendapatkan bagian, sehingga mereka mencoba untuk saling mendahulukan, mereka mengasihi satu sama lain... (yang saya pikirkan hanya "mereka masih anak-anak..!?")
meskipun begitu mereka tidak kehilangan kegembiraannya, malah terlihat lebih senang sambil melanjutkan canda-canda mereka...
Subhanallah...

“Bagi orang berpuasa ada dua kebahagiaan: yaitu kebahagiaan ketika berbuka, dan ketika bertemu Rabbnya bahagia karena puasanya.” (HR. Bukhari No. 1805, 7054. Muslim no. 1151.)

----------------------------------end

Setelah shalat tarawih selesai, takmir mulai bersih-bersih kembali....
Sedangkan sisa makanan dan minuman masih banyak dan tidak mungkin untuk dihabiskan...
       Saat itu Pak Mahmud (salah satu takmir senior, beliau berasal dari Aceh) berkata, "jangan khawatir makanan itu akan habis, nanti kita bagikan tengah malam, sekarang bungkusin aja..."
     Saya tidak habis pikir siapa yang masih bangun tengah malam, apa kita ndak mengganggu warga dengan hanya memberikan beberapa potong makanan sampai membangunkan tidur si tuan rumah...? tetapi saya hanya diam dan terus membungkus makanan sembari tetap bingung dengan pikiran pak Mahmud...

Makanan telah siap dibagikan, pak Mahmud mengambil mobil dan mengajak kita ikut bersamanya...
saya berpikir lagi.. keliling kampung aja masak bawa mobil...? tapi tetap saja saya ikut tanpa komentar....
ternyata memang kita ndak keliling kampung, kita diajak ke luar kampung dan menuju pusat kota

Di sudut kota yang gelap mobil pak Mahmud berhenti...
dan samar-samar terlihat dibalik kegelapan gambaran wajah-wajah yang nampak lusuh...
namun mulai tersenyum dengan kedatangan kami....
yah... mereka adalah para fakir yang tinggal di pinggiran jalan...
mereka bergembira dibalik kemalangan, kegembiraan yang ditunjukkan layaknya kumpulan anak-anak di masjid tadi...
sangat natural, kegembiraan yang berasal dari hati...
"Terima kasih ya pak... Terima kasihh....Terima kasihh......."
InsyaAllah jika ada rizki saya ke sini lagi... (begitu kata pak Mahmud kepada para fakir)

        Belakangan saya tahu bahwa pak Mahmud sering sekali membagikan makanan ke sana, kadang dengan dananya sendiri ataupun sisa dari masjid, selain itu dalam kumpulan anak-anak tadi juga terdapat anak-anak orang tidak mampu, mereka membaur menjadi satu dengan anak-anak yang lain, mereka saling menyayangi...


entah mengapa...
Saya merasa iba, sekaligus hina...
Tidak tahu bahwa ada orang-orang yang menahan lapar hingga larut malam, sedangkan kita membeli makanan apapun yang kita suka dan melahapnya hingga terlalu kenyang...
Kita mengadakan buka bersama dengan acara di tempat-makan - tempat-makan berkelas, sedangkan ada orang-orang yang sulit mendapatkan pembasah tenggorokan walaupun hanya segelas...
Berburu berbagai perlengkapan lebaran meski lemari sudah penuh sesak dengan sandang milik kita, sedangkan di luar sana banyak yang berjuang melawan dingin malam hanya dengan robekan-robekan kain bersama dengan balita dipelukannya...
Selama ini saya hanya beribadah untuk diri saya sendiri tetapi tidak memberikan manfaat kepada orang lain, itulah mengapa bagian hati ini gelap dan kering...
Sedangkan sekumpulan anak-anak rela membagikan makanannya kepada anak yang lain...

Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni)

Saat perjalanan pulang...
Dalam dinginnya malam terkuaklah cahaya Ramadhan yang telah lama hilang...
"Kegembiraan itu datang saat Kita mau berbagi"

Ya Allah....
Terima Kasih untuk Cahaya Ramadhan-Mu...


Fikri Nabiha
Malang, Juli 2012

Baca Juga



4 comments:

  1. selamat ya udah menang awardnya mbak dhiba :)

    ReplyDelete
  2. Terima Kasih Untuk Vivi Mulya atas apresiasi yang diberikan kepada kami...
    Semoga sukses selalu..
    Amin..
    ^_^

    ReplyDelete
  3. Subhanallah, artikelnya keren, pantesan menang awardnya mbak dhiba. Selamat ya :)
    Semoga tahun ini juga bisa menang lagi ya, salam kenal :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih atas apresiasi Rahmah Arrahman...
      semoga dapat memberikan manfaat..
      Amin...
      ^_^

      Sukses selalu...

      Delete

Pembaca Baik Selalu Meninggalkan Komentar