Pemegang Janji Di Ujung Ajal

          Raja Nu'man ibn Mundzir terkenal sebagai raja yang lalim dan kejam. Dia punya tradisi yang sangat aneh, yaitu membunuh setiap orang yang berkunjung ke istananya pada hari-hari tertentu. Orang yang mengetahui tradisi ini tidak akan berani datang atau bertamu di hari-hari tersebut
          Seorang lelaki badui tidak tahu kebiasaan tersebut. Dengan sangat lugunya, lelaki dari pedalaman padang pasir tersebut mengunjungi si raja tepat pada hari gawat tersebut. Si raja menemuinya dan dengan santai memberi tahu bahwa dia akan membunuh tamunya itu.

          Dikasih tahu seperti itu, si badui tak kalah santainya, "Mohon saya diberi tempo sebentar. Saya hendak berpamitan kepada keluarga saya, setelah itu saya akan datang pada paduka raja" katanya.
          Sang raja tentu saja tidak percaya, "Orang ini mau lari dariku" pikir raja. "Kalau aku kasih izin dia keluar dari istana, pasti dia tidak akan kembali" batin raja. Ya, siapa rela dipenggal lehernya.
          Namun si badui terus mendesak. Dia menekankan bahwa dia pasti kembali ke istana setelah berpamitan kepada keluarganya. Si raja bersikukuh tidak memberinya izin. "Tidak, hukkuman mati tetap akan dilaksanakan sekarang juga" tegas raja.
          Terjadi tarik menarik. Percakapan ini disaksikan oleh Perdana Mentri Syarik bin 'Adiy, yang hadir di tempat itu pula. Syarik sangat mafhum, orang-orang badui sangat teguh memegang janji, mereka juga sangat jujur. Dari logat bicara dan lagak lugu si badui, Syarik tahu dia orang yang jujur dan bisa dipegang janjinya. Karena itu, di memberanikan diri untuk menjamin kebenaran janji si badui, dan memohon supaya si badui diizinkan pergi menemui keluarganya.
          "Baik" kata raja, "kata raja, "tapi kalau badui ini tidak datang pada waktu yang ditentukan, kepala kamu yang akan aku penggal"
          Syarik setuju, si badui dilepas oleh raja. Dia pun pulang ke kampung halamannya. Dia pamiti satu-persatu anggota keluarganya. "Aku akan dibunuh oleh raja, karena itu aku berpamitan pada kalian" katanya "sekarang aku mau kembali ke istana. Aku harus kembali untuk memenuhi janjiku"
          Keluarga melepas dengan ikhlas. Malah mereka memberinya semangat. Setelah itu dia berangkat ke istana. Dia sampai di kota tepat menjelang Maghrib. Di sana dia dapati orang-orang berkerumun, mereka menunggu dilaksanakannya hukuman mati terhadap perdana mentri yang menjadi jaminan. Para algojopun sudah siap untuk memancung kepalanya. Tapi mereka menghentikan gerakan mereka ketika melihat sesosok orang datang dari kejauhan. Ketika semakin jelas bahwa yang datang adalah si badui, yang dari tadi ditunggu-tunggu kedatangannya, mereka berteriak takjub. Takjub karena si badui menepati janjinya, walaupun janji itu mengancam jiwanya. Raja Nu'man pun tak dapat menyembunyikan ketakjubannya.
           Tetapi yang paling lega adalah dengan kedatangan si badui tentunya adalah perdana mentri, dia lega karena apa yang menjadi keyakinannya ternyata benar terbukti. Dan yang pasti dia terbebas dari hukuman mati yang sudah ada di depan mata. Algojo melepaskan dirinya dan batalla eksekusi mati terhadapnya.
          "Apa yang mendorong kamu menepeti janjimu, padahal janjimu ini akan melenyapkan nyawamu?" tanya raja kepada badui.
          "Agamaku, keberagamaanku" jawab badui mantap. "Sebab, tidaklah beragama orang yang tidak menepati janji."
          Tersebab peristiwa yang menakjubkan ini, Raja membatalakan putusannya terhadap si badui dan perdana mentrinya. tak hanya itu, raja juga menghentikan kebiasaannya untuk memancung tamu yang datang pada hari-hari tertentu. Sekarang tidak ada lagi hari-hari gawat yang menjadi momok bagi rakyatnya.




Baca Juga



No comments:

Post a Comment

Pembaca Baik Selalu Meninggalkan Komentar